VIVAMANADO.COM,MANADO—HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus. Virus ini menyerang sistem kekebalan tubuh manusia, sehingga melemahkan kemampuan tubuh dalam melawan infeksi dan penyakit.
Cara penularan virus HIV-AIDS adalah melalui hubungan seks bebas tanpa kondom, berbagi alat suntik dengan orang yang positif mengidap HIV, terutama di kalangan pengguna narkotika suntik, ibu hamil positif HIV kepada bayinya selama masa kehamilan, persalinan dan/atau waktu menyusui, serta melalui transfusi darah/produk darah yang sudah tercemar HIV.
Hingga kini, belum ada obat untuk HIV, tetapi ada pengobatan yang bisa digunakan untuk memperlambat perkembangan penyakit itu. Pengobatan ini akan membuat orang yang terinfeksi untuk hidup lebih lama sehingga bisa menjalani hidup dengan normal.
Dengan diagnosis HIV dini dan penanganan yang efektif, pengidap HIV tidak akan berubah menjadi AIDS atau Acquired Immune Deficiency Syndrome. AIDS adalah sekumpulan gejala dan infeksi yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV.
Di Provinsi Sulawesi Utara, jumlah pengidap HIV-AIDS hingga Juni 2015 tercatat sebanyak 1.836 kasus.
Bila dirinci menurut jenis kelamin, laki-laki pengidap HIV-AIDS sebanyak 1.096 orang (300 kasus HIV 796 kasus AIDS), sisanya perempuan pengidap mencapai 740 orang (323 kasus HIV, 417 kasus AIDS).
"Kami mengharapkan tidak ada lagi kasus baru penularan HIV. Dan perubahan perilaku ini muncul sebagai dampak positif sosialisasi yang dilakukan selama ini," kata Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Provinsi Sulawesi Utara Tangel-Kairupan.
Wanita paruh baya ini tidak menampik masih ditemukannya kasus penularan HIV setiap bulannya. Namun, bila dibandingkan waktu sebelumnya, terjadi kecenderungan penurunan setelah dilakukan komunikasi, informasi, dan edukasi bagi masyarakat termasuk kelompok rentan/berisiko.
Semakin banyak masyarakat atau kelompok rentan yang memeriksakan status kesehatannya, apakah terinfeksi HIV atau tidak, adalah dampak dari upaya penyadaran yang gencar dilakukan.
Ada yang telah mengidap AIDS selama lima hingga 10 tahun, namun masih bersembunyi dan takut memeriksakan diri ke klinik yang tersedia.
"Mereka yang sudah mengidap AIDS nanti sudah parah dan terkapar tidak berdaya, baru diketahui mengidap penyakit ini. Coba kalau lebih awal diketahui status kesehatannya, pasti akan ada perlakuan medis yang diberikan," tuturnya.
Dia menuturkan, yang berisiko tertular HIV bukan hanya pekerja seks, melainkan juga pelanggan sehingga diharapkan menggunakan kondom ketika melakukan hubungan seks berisiko. Pelanggan-pelanggan atau klien ini susah dijangkau, sehingga tidak diketahui pasti bagaimana kondisi status kesehatannya.
"Pemberian informasi, komunikasi dan edukasi secara berkesinambungan terhadap masyarakat yang di dalamnya termasuk kelompok rentan (perempuan pekerja seks, pengguna jarum suntik, orang dengan HIV-AIDS, serta pelanggan) terus dilakukan. Minimal mereka tergerak hati melakukan pemeriksaan kesehatan di beberapa klinik voluntary counseling test," katanya.
Ketika status kesehatannya sudah diketahui (tertular HIV atau mengidap AIDS), maka upaya pendampingan sebagai bagian dari monitoring akan dilakukan, tambah dia.
"Kami terus memberikan dukungan kepada mereka (kelompok rentan), sekaligus memberikan penyadaran agar tidak ada lagi kasus HIV baru yang muncul lewat penularan. Cita-cita itu berat tapi kami optimistis bila kesadaran muncul bisa diwujudkan," ujarnya.
Karena itu harap dia, menghindari penularan HIV dapat dilakukan dengan penggunaan kondom, walaupun untuk kelompok tertentu cara ini dianggap seperti melegalkan terjadinya hubungan seks bebas.
Namun kata dia, bila hal tersebut tidak dilakukan (kampanye penggunaan kondom) peluang tertular HIV pada saat melakukan hubungan seks dengan kelompok berisiko terbuka lebar, dan dampaknya akan memunculkan kasus-kasus baru setiap bulannya.
"Sekarang ini kita berada pada sebuah pilihan ingin tertular atau gunakan kondom ketika melakukan seks berisiko. Kalau tidak mau tertular maka pilihan bijak adalah menggunakan kondom," ujarnya.
Karena itu, upaya komunikasi, informasi dan edukasi yang rutin dilakukan dapat membantu meningkatkan kesadaran masyarakat, tokoh agama, termasuk kelompok berisiko ini.
"Jadi yang kita bentengi dengan komunikasi, informasi dan edukasi dari dua sisi yaitu masyarakat dan kelompok rentan supaya muncul perubahan perilaku," ujarnya.
Berprestasi Mencegah Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) mendapatkan prestasi terbaik sebagai daerah yang mampu menjalankan program pencegahan dan penanggulangan HIV-AIDS di Indonesia.
Prestasi ini disematkan manakala digelar pertemuan evaluasi kegiatan HIV-AIDS Semester II Nasional di Jakarta pertengahan 2011 lalu.
Sukses dalam program pencegahan dan penanggulangan HIV-AIDS setelah dinilai terbaik I Sub Recipient (SR) atau penerima dan pelaksana program HIV-AIDS pada grup B Global Fund se-Indonesia.
"Penilaian ini dilakukan langsung oleh Tim KPA Nasional, Kementerian Kesehatan (Kemenkes), PKBI Pusat dan Nadhlatul Ulama (NU)," kata Tangel-Kairupan.
Menurut dia, prestasi ini adalah buah kerja keras semua elemen, termasuk pemerintah daerah yang peduli HIV-AIDS di Sulut.
"KPA Sulut hanya memfasilitasi semua potensi dan sumber daya di daerah. Sementara kesuksesan program ini turut didukung semua pemangku kepentingan yang ada," jelasnya.
Progam penanggulangan HIV-AIDS di Indonesia yang didukung Global Fund, telah berjalan selama dua tahun, dimulai pada Juli 2009 di 12 provinsi.
Sementara itu, menurut Wakil Gubernur Sulut Djouhari Kansil, pencegahan dan penanggulangan penyebaran HIV-AIDS, harus menjadi tanggungjawab bersama seluruh masyarakat, tidak sepenuhnya bergantung pada pemerintah.
Peran lingkungan keluarga, LSM, perguruan tinggi, organisasi keagamaan dan kemasyarakatan serta instansi pemerintah memiliki peran sama dalam upaya pencegahan penyakit ini.
HIV-AIDS, kata Kansil, dengan berbagai implikasi dan dampak negatifnya telah menjadi kepedulian internasional dan nasional, dan kini telah menembus tatanan kehidupan masyarakat Sulut.
Di Kota Tomohon yang melekat dengan sebutan "kota religius", sebaran HIV-AIDS mulai mengkhawatirkan. Sebanyak 98 warga teridentifikasi mengidap penyakit ini.
Sekretaris Daerah Kota Tomohon Arnold Poli mengatakan masalah HIV-AIDS telah menjadi masalah serius yang memerlukan penanganan secara global, apalagi persoalan HIV-AIDS ini merupakan masalah sosial yang kompleks karena berdampak luas dalam kehidupan masyarakat.
"HIV-AIDS yang sudah tersebar di Kota Tomohon telah menginfeksi sebanyak 98 orang. Ini merupakan tanda awas agar masyarakat melindungi diri sendiri dan keluarga," katanya.
Dia mengatakan, pencegahan HIV-AIDS harus menjadi sebuah gerakan sadar sehingga tidak terjadi penularan atau kasus baru, ungkapnya.
Langkah pencegahan yang dilakukan, kata dia, penting untuk menjaga tingkat produktivitas sumber daya manusia, dan upaya ini memerlukan komitmen utuh masyarakat dalam berperan aktif bersama-sama dengan pemerintah menanggulangi penyakit ini. (jones)
Tidak ada komentar: